aHlan wA sAhLan

Lenovo Kembangkan Komputer Ramah Lingkungan

Lenovo ThinkCentre M57/M57P Eco Ultra Small Desktop PC, menjadi PC desktop pertama yang menerima sertifikasi GREENGUARD. M57/M57P adalah PC desktop Lenovo yang paling ramah lingkungan sampai saat ini. ThinkCenter M57/M57P mendapat peringkat EPEAT Gold, Energy Star 4.0, dan merupakan ThinkCenter pertama dengan materi daur ulang dari plastik barang konsumen. Sertifikasi GREENGUARD memiliki arti bahwa Think Center M57/ M57P telah diuji dengan 2000 emisi kimia yang berbeda. GREENGUARD Environmental Institute telah memberikan sertifikasi ke lebih dari 150 ribu produk dan bahan-bahan untuk emisi dari komponen organik yang tidak stabil serta bahan kimia lainnya.
Jajaran ThinkCenter M57/ M57P merupakan bagian dari ThinkCenter yang menawarkan desain yang tidak berisik. Dengan level akustik sebesar 4.0 bels atau lebih rendah dari semua model, M57/ M57P menyediakan operasi konstan yang tidak berisik. Sebagai unit tolak ukur, bels digunakan untuk menggambarkan muatan suara dari sebuah PC.ThinkCentre M57/M57P Eco Ultra Small Desktop PC terbaru ini menyediakan Think Vantage Teknologi terlengkap dari Lenovo. Dengan satu tombol, pengguna dapat menghilangkan virus, memperbaharui sistem, membersihkan hard drive dan mendapatkan bantuan sistem.
ThinkCentre M57/M57P juga dilengkapi dengan teknologi Intel vPro yang memungkinkan staff IT untuk mempertahankan sistem kinerja dari jarak jauh, termasuk menginstal security patches dan memastikan penerapan kebijakan energi, walaupun sistem tersebut mati atau jika bios atau hard drive tidak beroperasi.

SUN Hadirkan Datacenter Mutakhir yang Ramah Lingkungan

Dalam rangka mewujudkan komitmen jangka panjangnya untuk 'menghijaukan' seluruh operasi globalnya, 20 September 2007 lalu Sun Microsystems (NASDAQ: JAVA) meluncurkan tiga datacenter ramah lingkungan yang dibangun dengan desain mutakhir yang dilengkapi dengan sistem hemat energi, power serta sistem pendingin terbaru.
Ketiga datacenter baru yang mulai aktif beroperasi antara bulan Januari dan Juni tahun 2007 ini dibangun di Santa Clara, California; Blackwater, Inggris, dan di Bangalore, India.

Menurut perkiraan Sun, penggunaan datacenter ini setiap tahunnya dapat mengurangi konsumsi CO2 di bumi sampai dengan 4,100 ton dan total emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan sebesar 1 persen.

Dengan membangun datacenter di California, Inggris, dan India, Sun telah melakukan penghematan biaya energi hingga 60% dan lahan pembangunan datacenter di seluruh dunia dari 267,000 menjadi 133,000 square feet. Selain itu, menurut Dave Douglas, Vice President of Eco Responsibility Sun Microsystems, “Kami membuka datacenter global kami hari ini untuk menunjukkan bahwa datacenter ini dapat dibangun dalam waktu singkat dan juga karena kami yakin bahwa berbagi merupakan suatu langkah menuju green world.”

"Standar baru dalam desain dan pengelolaan datacenter ini tidak hanya berpengaruh positif bagi lingkungan, namun juga bagus bagi pendapatan perusahaan tersebut,” kata CIO Sun Microsystems Bob Worall, sebagai orang yang bertanggung jawab untuk mengurangi 20% penggunaan energi datacenter selama tahun fiskal 2008.

Ketiga datacenter yang baru dioperasikan dengan produk-produk hemat energi dari Sun, termasuk server Sun Fire T1000/T2000, server x64 serta Sistem Operasi Solaris.

Sumber Energi Arus : Alternatif Pengganti BBM, Ramah Lingkungan, dan Terbarukan

Saat ini sebagian besar energi yang digunakan rakyat Indonesia berasal dari bahan bakar fosil, yaitu bahan bakar minyak, gas, dan batu bara.
Kerugian penggunaan bahan bakar fosil ini selain merusak lingkungan, juga tidak terbarukan (nonrenewable) dan tidak berkelanjutan (unsustainable). Bahan bakar fosil semakin habis dan sebentar lagi Indonesia akan menjadi pengimpor BBM.
Beban kerugian yang disangga bangsa Indonesia semakin berkali lipat dengan naiknya harga BBM di pasaran dunia sampai lebih dari 60 dollar AS per barrel. Untuk mengatasi kerugian akibat kenaikan harga BBM tersebut, pemerintah telah melakukan langkah-langkah penghematan dengan cara mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2005. 

Kebijaksanaan
Untuk mendukung kebijaksanaan pemerintah, perlu dilakukan langkah-langkah pencarian sumber-sumber energi alternatif yang ramah lingkungan serta terbarukan. Berdasarkan tempatnya, ada dua sumber energi alternatif, yakni sumber energi alternatif yang berasal dari daratan dan sumber energi yang berasal dari laut. Untuk Jawa yang padat penduduknya, pembangunan fasilitas pembangkit listrik dengan energi alternatif yang berasal dari daratan kemungkinan akan mengalami kendala peruntukan lahan.
Sebagai negara kepulauan yang besar, laut Indonesia menyediakan sumber energi alternatif yang melimpah. Sumber energi itu meliputi sumber energi yang terbarukan dan tak terbarukan. Selain minyak bumi di lepas pantai dan laut dalam, sumber energi yang tak terbarukan yang berasal dari laut dalam di wilayah Indonesia adalah methane hydrate. Methane hydrate adalah senyawa padat campuran antara gas methan dan air yang terbentuk di laut dalam akibat adanya tekanan hidrostatik yang besar dan suhu yang relatif rendah dan konstan di kedalaman lebih dari 1.000 meter.
Sumber energi yang terbarukan dari laut adalah energi gelombang, energi yang timbul akibat perbedaan suhu antara permukaan air dan dasar laut (ocean thermal energy conversion/OTEC), energi yang disebabkan oleh perbedaan tinggi permukaan air akibat pasang surut dan energi arus laut. Dari keempat energi ini hanya energi gelombang yang tidak dapat diprediksi kapasitasnya dengan tepat karena keberadaan energi gelombang sangat bergantung pada cuaca. Sedangkan OTEC, energi perbedaan tinggi pasang surut serta energi arus laut dapat diprediksi kapasitasnya dengan tepat di atas kertas. 

Wilayah Indonesia
Untuk wilayah Indonesia, energi yang punya prospek bagus adalah energi arus laut. Hal ini dikarenakan Indonesia mempunyai banyak pulau dan selat sehingga arus laut akibat interaksi Bumi-Bulan-Matahari mengalami percepatan saat melewati selat-selat tersebut. Selain itu, Indonesia adalah tempat pertemuan arus laut yang diakibatkan oleh konstanta pasang surut M2 yang dominan di Samudra Hindia dengan periode sekitar 12 jam dan konstanta pasang surut K1 yang dominan di Samudra Pasifik dengan periode lebih kurang 24 jam. M2 adalah konstanta pasang surut akibat gerak Bulan mengelilingi Bumi, sedangkan K1 adalah konstanta pasang surut yang diakibatkan oleh kecondongan orbit Bulan saat mengelilingi Bumi.
Interaksi Bumi-Bulan diperkirakan menghasilkan daya energi arus pasang surut setiap harinya sebesar 3.17 TW, lebih besar sedikit dari kapasitas pembangkit listrik yang terpasang di seluruh dunia pada tahun 1995 sebesar 2.92 TW (Kantha & Clayson, 2000). Namun, untuk wilayah Indonesia potensi daya energi arus laut tersebut belum dapat diprediksi kapasitasnya.
Keuntungan penggunaan energi arus laut adalah selain ramah lingkungan, energi ini juga mempunyai intensitas energi kinetik yang besar dibandingkan dengan energi terbarukan yang lain. Hal ini disebabkan densitas air laut 830 kali lipat densitas udara sehingga dengan kapasitas yang sama, turbin arus laut akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan turbin angin. Keuntungan lainnya adalah tidak perlu perancangan struktur yang kekuatannya berlebihan seperti turbin angin yang dirancang dengan memperhitungkan adanya angin topan karena kondisi fisik pada kedalaman tertentu cenderung tenang dan dapat diperkirakan.
Kekurangan dari energi arus laut adalah output-nya mengikuti grafik sinusoidal sesuai dengan respons pasang surut akibat gerakan interaksi Bumi-Bulan-Matahari. Pada saat pasang purnama, kecepatan arus akan deras sekali, saat pasang perbani, kecepatan arus akan berkurang kira-kira setengah dari pasang purnama. Kekurangan lainnya adalah biaya instalasi dan pemeliharaannya yang cukup besar. Kendati begitu bila turbin arus laut dirancang dengan kondisi pasang perbani, yakni saat di mana kecepatan arus paling kecil, dan dirancang untuk bekerja secara terus-menerus tanpa reparasi selama lima tahun, maka kekurangan ini dapat diminimalkan dan keuntungan ekonomisnya sangat besar. Hal yang terakhir ini merupakan tantangan teknis tersendiri untuk para insinyur dalam desain sistem turbin, sistem roda gigi, dan sistem generator yang dapat bekerja secara terus-menerus selama lebih kurang lima tahun.
Dari penelitian PL Fraenkel (J Power and Energy Vol 216 A, 2002) lokasi yang ideal untuk instalasi pembangkit listrik tenaga arus mempunyai kecepatan arus dua arah (bidirectional) minimum 2 meter per detik. Yang ideal adalah 2.5 m/s atau lebih. Kalau satu arah (sungai/arus geostropik) minimum 1.2-1.5 m/s. Kedalaman tidak kurang dari 15 meter dan tidak lebih dari 40 atau 50 meter. Relatif dekat dengan pantai agar energi dapat disalurkan dengan biaya rendah. Cukup luas sehingga dapat dipasang lebih dari satu turbin dan bukan daerah pelayaran atau penangkapan ikan. 

Simulasi numerik
Simulasi numerik potensi daya listrik di beberapa daerah di Indonesia telah dilakukan oleh Laboratorium Hidrodinamika Indonesia BPP Teknologi. Gambar di bawah ini merupakan contoh hasil simulasi potensi daya listrik di selat Bali dan Lombok dengan menggunakan program MEC-Model buatan Research Committee of Marine Environment, The Society of Naval Architects of Japan. Dengan asumsi efisiensi turbin sebesar 0,593 dan menggunakan kecepatan arus rata-rata selama satu periode pasang surut (residual current) untuk tidal constant M2, potensi daya listrik di beberapa tempat di selat Bali pada kedalaman 12 meter, kondisi pasang perbani, dapat mencapai 300 kW bila menggunakan daun turbin dengan diameter 10 meter. Untuk selat Badung dan selat Lombok bagian selatan potensi energinya berkisar 80-90 kW.
Hasil numerik tersebut dapat digunakan sebagai dasar pemilihan lokasi untuk instalasi turbin arus. Hasil ini masih bersifat global dan kasar. Untuk mengetahui karakteristik kecepatan arus secara lebih detail di tempat-tempat terpilih, perlu diadakan survei lapangan atau simulasi numerik detail dengan menggunakan program khusus Full-3D yang juga disediakan oleh MEC-Model program.
Ada dua jenis rotor (daun turbin) untuk konversi energi kinetik, yang pertama adalah jenis rotor yang mirip dengan kincir angin. Tipe ini sering disebut juga dengan turbin dengan poros horizontal. Yang kedua adalah cross-flow rotor atau rotor Darrieus. Ini adalah tipe turbin dengan poros vertikal karena porosnya tegak lurus dengan arah arus. Menurut PL Fraenkel, rotor Darrieus mempunyai beberapa kekurangan, rotor tidak dapat langsung berputar, kalau sudah berputar sulit dihentikan bila ada keadaan darurat, dan butuh ongkos tambah untuk konstruksinya. Untuk mempertinggi efisiensi, kedua tipe rotor ini biasanya ditambahi dengan nozzle, duct, atau venturi untuk mempercepat aliran arus yang masuk ke piringan daun rotor.
Dewasa ini penelitian tentang teknologi konversi arus laut menjadi energi listrik sedang berlangsung sangat gencar. Inggris sudah memasang prototipe skala penuh dengan kapasitas 300 MW di Foreland Point, North Devon, pada Mei 2003. Norwegia juga telah melakukan instalasi di Kvalsundet Hammerfest dengan kapasitas 700 MW. Jepang, dengan menggunakan program MEC-Model, melakukan studi kelayakan pemasangan turbin di Selat Kanmon antara Pulau Honshu dan Kyushu. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia seharusnya mulai meneliti secara intensif potensi energi arus laut ini dan memanfaatkannya untuk menghadapi bencana krisis energi karena masalah kenaikan harga dan langkanya BBM.